Ekonomi Makro: TELAAH JURNAL INTERNASIONAL 3

| Minggu, 18 Januari 2015


The Impact of Tax and Market Distortions on the Phillips Curve
and the Natural Rate of Unemployment

A.   PENDAHULUAN
Reformasi pajak, liberalisasi pasar dan deregulasi dalam pasar tenaga kerja secara luas dilihat sebagai kunci untuk meningkatkan kinerja ekonomi khususnya di Eropa. Akibatnya, reformasi struktural telah menjadi isu kebijakan terkemuka di Eropa. Bahkan Komisi Eropa telah menyatakan koordinasi reformasi struktural menjadi prioritas utama (EC, 2008). Namun literatur akademis telah memberikan sedikit analisis formal dari proses reformasi itu sendiri; atau seberapa jauh reformasi struktural dapat diharapkan untuk meningkatkan kinerja ekonomi  Pada saat yang sama, banyak negara telah terbukti enggan untuk merangkul reformasi meskipun tertarik untuk menganjurkan kebajikan mereka di depan umum. Inkonsistensi seperti ini membutuhkan penjelasan.
Di Eropa, argumen untuk reformasi pasar atau kelembagaan telah dibuat, dan dukungan porting, pada tingkat politik di bawah judul dari agenda Lisbon (Sapir, 2004). Namun demikian, meskipun reformasi ini yang telah dianjurkan secara luas, pemerintah sering gagal untuk membawa mereka keluar dalam praktek (Dellas dan Tavlas, 2005; Hughes Hallett et al, 2005). Dan di mana mereka telah berusaha, itu biasanya menjadi usaha sedikit demi sedikit dan dengan cepat ditinggalkan dalam menghadapi oposisi. Program Hartz IV di Jerman; pensiun atau reformasi pasar tenaga kerja dan liberalisasi jasa di Perancis; dan rekonstruksi jaminan sosial di Italia, adalah tiga contoh yang jelas dan spesifik. Dugaan biasa adalah bahwa reformasi tersebut dalam hal kinerja ekonomi dan mahalnya pembiyaan dalam jangka pendek.
Untuk menganalisis masalah ini, kita perlu model proses reformasi umum untuk mencakup instrumen reformasi biasa dan berbagai parameter struktural yang ditemukan di negara-negara kandidat. Mulai dari model standar deregulasi, dalam jurnal mengembangkan model teori tawar-menawar upah, dengan persaingan tidak sempurna dalam pasar produk dan berbagai bentuk distorsi pajak, untuk memahami insentif, biaya dan manfaat potensial dari reformasi struktural. Jurnal ini menggunakan hasil untuk menjelaskan perilaku pembuat kebijakan dan untuk mendapatkan kesimpulan tertentu tentang mana langkah-langkah reformasi yang paling efektif.
Dalam jurnal ini menelusuri bagaimana inflasi terhadap pengangguran telah dipengaruhi oleh berbagai jenis distorsi pasar dan seberapa jauh mereka dapat mereda dengan reformasi struktural atau deregulasi. Jurnal ini juga menunjukkan bagaimana pajak atau distorsi pasar yang berbeda mempengaruhi tingkat pengangguran alamiah dan reformasi struktural yang akan menjadi yang paling efektif dari kesejahteraan atau perspektif kerja.
Dalam jurnal ini mengemukakan bahwa kebijaksanaan konvensional yang bertentangan itu adalah penghapusan distorsi pajak daripada distorsi pasar yang membuat perbedaan terbesar. Oleh karena itu jawaban untuk pertanyaan pertama: negara-negara yang dibatasi fiskal atau tidak mampu membiayai konsekuensi reformasi mereka. Selanjutnya adalah untuk memberikan analisis yang menggabungkan instrumen kebijakan fiskal dan reformasi. Namun demikian, konflik penting yang dihadapi oleh pekerja adalah upah yang lebih rendah dalam jangka pendek dengan pengangguran yang lebih rendah dan upah riil yang lebih tinggi dalam jangka panjang. Dalam analisis jurnal ini, penganalisis membatasi pembahasan pada pengangguran alamiah karena dampak pajak dan distorsi pasar.

B.          KONSEP DAN TEORI
Distorsi (ketidaksempurnaan pasar) adalah yang membuat kondisi ekonomi tidak efisien sehingga mengganggu pelaku ekonomi dalam memaksimalkan kesejahteraan sosial dalam rangka memaksimalkan kesejahteraan mereka sendiri. Untuk mengukur distorsi adalah deviasi antara harga pasar yang bagus dan biaya marjinal yaitu perbedaan antara tingkat substitusi marjinal di konsumsi dan transformasi marjinal ditingkat produksi. Hal yang perlu dipertimbangkan adalah dampak dari sistem pajak pada perilaku tawar-menawar upah dan konsekuensi dari reformasi pajak, model untuk memasukkan perpajakan distorsi. Selain pajak distorsi, kita mempertimbangkan dua penyimpangan dari persaingan sempurna untuk menghasilkan kebutuhan untuk reformasi produk dan pasar tenaga kerja. Yang pertama muncul dari asumsi pasar produk kompetitif tak sempurna. Dalam hal ini, penulis jurnal menganggap kehadiran sejumlah perusahaan persaingan monopolistis masing-masing memproduksi suatu barang berbeda. Kemudian, di sisi pasar tenaga kerja, ada sebuah ketidaksempurnaan dengan mengasumsikan proses tawar-menawar upah formal antara perusahaan dan pekerja mereka.
Teori inflasi, A.W. Phillips berhasil menemukan hubungan yang erat antara tingkat pengangguran dengan tingkat perubahan upah nominal. Penemunannya ini diperolehnya dari hasil pengolahan data empirik perekonomian inggris untuk periode 1861-1957. Kurva yang menggambarkan hubungan di antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran dinamakan kurva Phillips. Kurva phillips yang menghubungkan persentase perubahan tingkat upah nominal dengan tingkat pengangguran seperti diuraikan di atas biasa disebut dengan kurva phillips dalam bentuk asli. Di samping itu, ada juga kurva phillips dalam bentuk versi baru yang biasa disebut dengan kurva phillips yang sudah direvisi yang digunakan untuk mengukur tingkat inflasi Argumentasi untuk menjelaskan kurva phillips di atas dirumuskan dengan formulasi sebagai berikut :
Laju inflasi = Tingkat kenaikan upah – Tingkat kenaikan produktivitas
Sifat keterkaitan di antara inflasi harga dan tingkat pengangguran: Pada waktu pengangguran tinggi, kenaikan harga-harga relative lambat, akan tetapi semakin rendah pengangguran, semakin tinggi tingkat inflasi yang berlaku.
Masalah-masalah yang dipertimbangkan sebagai bahan dalam jurnal yang penulis analisis ini adalah masalah konsumen, pengangguran, indikator kesejahteraan, masalah perusahaan, upah yang dibahas pemerintah, dan instrumen regulasi.
Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga barang dan jasa pada umumnya yang berlangsung secara terus menerus. Jika inflasi meningkat maka harga barang di dalam negeri mengalami kenaikan. Naiknya harga barang sama dengan turunnya nilai mata uang. Dengan demikian inflasi dapat diartikan sebagai penurunan nilai mata uang terhadap nilai barang dan jasa secara umum. Sedangkan Tingkat inflasi menunjukkan persentase dari perubahan tingkat harga rata-rata tertimbang untuk barang dan jasa dalam perekonomian suatu negara.
Tingkat pengangguran menunjukkan persentase dari individu-individu yang ingin bekerja namun tidak memiliki perkerjaan. Seseorang dianggap menjadi penganggur  jika tidak bekerja namun masih menunggu untuk mendapatkan pekerjaan. Angkatan kerja didefinisikan sebagai jumlah antara individu yang memiliki pekerjaan dengan pengangguran. Tingkat pengangguran dihitung berdasarkan rasio antara jumlah penganggur dengan angkatan kerja.

C.          DATA EMPIRIK




D.          PEMBAHASAN
1.    Pengaruh Inflasi Terhadap Pengangguran (Kurva Philip).
Dalam jangka pendek, kenaikan tingkat inflasi menunjukkan pertumbuhan perekonomian, namun dalam jangka panjang, tingkat inflasi yang tinggi dapat memberikan dampak yang buruk. Tingginya tingkat inflasi menyebabkan harga barang domestik relatif lebih mahal dibanding dengan harga barang impor.
Masyarakat terdorong untuk membeli barang impor yang relatif lebih murah. Harga yang lebih mahal menyebabkan turunya daya saing barang domestik di pasar internasional. Hal ini berdampak pada nilai ekspor cenderung turun, sebaliknya nilai impor cenderung naik. Kurang bersaingnya harga barang jasa domestik menyebabkan rendahnya permintaan terhadap produk dalam negeri. Produksi menjadi dikurangi. Sejumlah pengusaha akan mengurangi produksi. Produksi berkurang akan menyebabkan sejumlah pekerja kehilangan pekerjaan.
Para ekonom berpendapat bahwa tingkat inflasi yang terlalu tinggi merupakan indikasi awal memburuknya perekonomian suatu negara. Tingkat inflasi yang tinggi dapat mendorong Bank Sentral menaikkan tingkat bunga. Hal ini menyebabkan terjadinya kontraksi atau pertumbuhan negatif di sektor riil Dampak yang lebih jauh adalah pengangguran menjadi semakin tinggi. Dengan demikian, tingkat inflasi dan tingkat pengangguran merupakan dua parameter yang dapat digunakan untuk mengukur baik buruknya kesehatan ekonomi yang dihadapi suatu negara. Hubungan antara tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran untuk jangka pendek dapat dijelaskan dengan menggunakan Kurva Phillip yang dikemukakan oleh ekonom bernama A.W. Phillips. Kurva ini digunakan oleh Phillips ketika melakukan pengamatan terhadap korelasi antara pengangguran dengan upah dan inflasi di negara Inggris. Hubungan tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran yang merepresentasikan Kurva Phillips dapat dilihat pada gambar di bawah.
Gambar 1. Hubungan Tingkat Inflasi Dengan Tingkat Pengangguran
Dari Gambar 1 diketahui bahwa tingkat inflasi dan tingkat pengangguran memiliki hubungan yang negatif. Artinya jika tingkat inflasi tinggi, maka pengangguran akan menjadi rendah. Atau sebaliknya, penganggguran akan menjadi tinggi jika perekonomian suatu negara mengalami inflasi yang rendah.
Gambar 1 menunjukkan kurva Phillip untuk negara Amerika Serikat pada kurun waktu dari Januari 2008 sampai dengan Oktober 2009. Karena kedua variabel ekonomi ini memiliki hubungan yang negatif, maka usaha untuk menurunkan tingkat inflasi, dapat menimbulkan peningkatan pengangguran.
2.    Reformasi Paling Efektif
Dari Perspektif Kesejahteraan adalah strategi reformasi dalam hal meningkatkan jumlah barang dan pekerjaan dalam suatu perekonomian. Dalam jurnal, efektif berarti mendapatkan mark- up atau biaya masuk diterima untuk jatuh sebagai pajak, atau peraturan tenaga kerja dan produk pasar. Jika efektif, maka akan meningkatkan upah riil dan upah reservasi di waktu yang sama. Itu berarti peningkatan kesejahteraan dan penurunan pengangguran. Oleh karena itu salah satu cara untuk menentukan reformasi yang paling efektif adalah dengan menentukan instrumen yang memiliki dampak terbesar pada upah riil dan kesejahteraan.
Dari Perspektif Pekerjaan strategi reformasi yang paling efektif untuk mengurangi pengangguran agak berbeda. Karena reformasi struktural dan institusional yang mempengaruhi kerja memakan waktu, dalam jurnal hanya akan mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang dari langkah-langkah yang berbeda pada. Juga hanya mempertimbangkan kasus di mana hubungan antara gangguan tidak berubah sehingga sumber reformasi tidak mengubah hubungan antara upah reservasi dan tingkat pengangguran. Itu mungkin tidak selalu benar, tetapi hasilnya mudah menggeneralisasi.
Dalam jangka panjang, pengangguran berkurang dan ada lapangan kerja yang dihasilkan oleh liberalisasi pasar produk dengan mengurangi pajak bisnis dan akhirnya terjadi deregulasi pasar tenaga kerja. Untuk ekonomi dengan pasar kompetitif tak sempurna, mengurangi pajak upah akan berpengaruh, baik positif atau negatif, kecuali sebagai ukuran jangka pendek. Tapi di negara dengan pasar yang kompetitif, kejadian diatas akan menjadi terbalik yaitu deregulasi pasar tenaga kerja yang paling efektif  dari reformasi pajak bisnis dan kemudian liberalisasi pasar produk. Di Eropa tengah, kontras dengan perbandingan kesejahteraan, reformasi yang efektif untuk penciptaan lapangan kerja akan terletak di deregulasi pasar tenaga kerja; maka pajak bisnis dikurangi; dan kemudian liberalisasi pasar.

3.    Hasil dari Data Empirik
Untuk mengevaluasi signifikansi praktis hasil penelitian, dalam jurnal telah menggunakan Basis Data Pajak dan angka pengangguran dari Indikator OECD Ekonomi Utama. Persediaan sebelumnya didefinisikan sebagai "kesemua" tarif pajak rata-rata upah manufaktur dan pendapatan perusahaan, termasuk iuran jaminan sosial. yang terakhir, tingkat pengangguran pada definisi standar untuk parameter yang tersisa, Dalam jurnal menetapkan β (parameter tawar-menawar upah) sebesar 0,25, menjadi perkiraan mid-range dari Layard, studi Nickell dan Jackman (1991), dan kemudian mempertimbangkan β = 0 dan β = 0,5 - desentralisasi dan terpusat tawar-menawar upah masing-masing - sebagai alternatif .
Terakhir, dan mungkin lebih kontroversial, ditetapkan δ sebesar 3,5 untuk jangka pendek kemampuan barang pengganti antara 14 , dan δ = 10 untuk jangka panjang substitusi. Angka-angka ini didasarkan pada beberapa studi dalam periode substitusi produk dalam literatur dan dapat dibandingkan dengan δ = ∞ untuk markets. Persaingan sempurna Semua data adalah untuk tahun 2005.
Tabel 2 mencatat pajak dan harga distorsi, karena mereka berdiri pada tahun 2005, untuk 24 negara OECD dan Uni Eropa secara keseluruhan. Ada variasi yang cukup besar, tiga fitur menonjol. Pertama, seluruh Eropa menderita pajak dan harga distorsi lebih besar dari Amerika Serikat kecuali Irlandia. Namun di luar Eropa, hanya Kanada yang tidak. Demikian pula,  Eropa tengah  (Belgia , Perancis, Italia , Jerman , dan Swedia dalam hal ini) terasa lebih menyimpang dari Uni Eropa secara keseluruhan. Dan Belanda, Republik Ceko, Hungaria, Polandia dan Finlandia datang dekat. Dalam kebanyakan kasus distorsi pajak Eropa dan distorsi harga sama-sama serius. Tapi di Belanda, Polandia, Finlandia dan Denmark, itu adalah distorsi harga yang lebih serius (tersirat oleh nilai-nilai yang tinggi c, mencerminkan atas rata-rata mark- up (biaya), sedangkan distorsi pajak yang lebih serius di Prancis dan Italia. Oleh karena itu ada perbedaan ekonomi yang besar vs kecil dalam hal pasar yang kompetitif .
Sementara itu Tabel 3 dan 4 memberikan batas atas pada δ, atau tingkat persaingan di pasar, untuk menunjukkan langkah-langkah reformasi yang berbeda akan menjadi yang paling efektif untuk menghasilkan perbaikan kesejahteraan atau kesempatan kerja baru. Bahkan, Tabel 3 menunjukkan bahwa reformasi pajak hampir selalu menjadi instrumen yang paling efektif untuk tujuan kesejahteraan kecuali pasar tenaga kerja yang sangat terdistorsi.
Dengan demikian jenis reformasi pajak adalah yang paling efektif kecuali δ sangat kecil, yang tidak mungkin ada di salah satu ekonomi maju OECD. Pengecualian dalam perekonomian dengan distorsi pasar tenaga kerja yang parah ( β ≥ 0,5 ). Dalam hal ini, deregulasi pasar tenaga kerja mungkin menjadi instrumen yang paling efektif. Sebaliknya, Tabel 4 menunjukkan bahwa liberalisasi pasar akan menjadi instrumen yang paling efektif untuk menghasilkan lapangan kerja baru, diikuti oleh reformasi pajak bisnis, dan kemudian regulasi pasar tenaga kerja - kecuali dalam kasus Eropa Tengah  (terdiri dari Perancis, Jerman, Belgia, Belanda, Italia, Austria, Finlandia, Denmark, Swedia, Republik Ceko dan Polandia) di mana reformasi pasar tenaga kerja akan lebih penting daripada menurunkan pajak bisnis.

E.          KESIMPULAN
Dalam teori ekonomi makro, ada perdebatan klasik masalah inflasi dan pengangguran yang dikenal luas dengan Kurva Phillips (yang sebetulnya belum terbukti salah dan benar secara umum di semua ekonomi/negara).  Kurva tersebut menggambarkan adanya hubungan negatif antara laju inflasi dengan pengangguran: Laju inflasi tinggi, pengangguran rendah (dan output tinggi). Akan tetapi kebalikannya juga justru dapat terjadi yakni kenaikan harga-harga secara umum, yang dilihat dari laju inflasi akan menurunkan output (produksi nasional) dan dengan sendirinya meningkatkan pengangguran. Hubungan inflasi, output dan pengangguran (tiga hal yang sangat sentral dalam kebijakan makroekonomi) sangat ditentukan oleh aggregat penawaran dan permintaan terhadap barang-barang dan jasa-jasa. Apabila aggregat permintaan meningkat, permintaan terhadap tenaga kerja akan meningkat (dengan sendirinya pengangguran berkurang) dan produksi nasional juga meningkat (dengan sendirinya pertumbuhan ekonomi meningkat). Akan tetapi, sebaliknya kenaikan aggregat permintaan tersebut akan menaikkan harga-harga (meningkatkan laju inflasi). Ini yang dinamakan hubungan negatif inflasi dan pengangguran. Di tahun 50-an dan 60-an, hubungan negatif ini luas ditemukan di negeri maju seperti Inggris dan Amerika.
Sifat keterkaitan di antara inflasi harga dan tingkat pengangguran adalah pada waktu pengangguran tinggi, kenaikan harga-harga relative lambat, akan tetapi semakin rendah pengangguran, semakin tinggi tingkat inflasi yang berlaku. Dari kurva phillips dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkat pengangguran semakin cepat kenaikan tingkat upah dan harga; dan semakin tinggi harapan inflasi akan semakin cepat pula kenaikan tingkat upah. Di Eropa tengah, kontras dengan perbandingan kesejahteraan, reformasi yang efektif untuk penciptaan lapangan kerja akan terletak di deregulasi pasar tenaga kerja; maka pajak bisnis dikurangi; dan kemudian liberalisasi pasar.
Hal-hal utama dalam jurnal telah menunjukkan bagaimana reformasi pajak dapat berkontribusi pada proses reformasi; bagaimana komposisi harga mark-up menentukan jangka panjang efek dari reformasi struktural; dan bagaimana efektivitas instrumen reformasi yang berbeda bervariasi tergantung pada tujuan akhirnya, apakah kesejahteraan atau penciptaan pekerjaan.

Comments
0 Comments

0 komentar:

Next Prev
▲Top▲