PRAKATA
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat-Nya kepada kita sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan” sebagai tugas dari mata kuliah Pendidikan
Lingkungan Hidup. Tak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Edi
Kurniawan selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup yang
telah membimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
lancar. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dan mendukung penyusunan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk
para pembaca. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sangat kami harapkan demi perbaikan dalam penyusunan makalah untuk kedepannya.
Semarang,
Maret 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Masalah
kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan
dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula
pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi
kesehatannya sendiri tetapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada
pengaruhnya terhadap masalah "sehat-sakit" atau kesehatan
tersebut.
Sebelum lebih jauh membahas mengenai kesehatan
lingkungan marilah kita bahas lebih dulu pengertian dari kesehatan lingkungan.
Menurut Walter R. Lym kesehatan lingkungan adalah hubungan timbal balik antara
manusia dengan lingkungan yang berakibat atau mempengaruhi derajat kesehatan
manusia. Sedangkan menurut WHO kesehatan lingkungan adalah ilmu dan
keterampilan yang memusatkan perhatiannya pada usaha pengendalian semua faktor
yang ada pada lingkungan fisik manusia yang diperkirakan menimbulkan atau akan
menimbulkan hal-hal yang merugikan perkembangan fisiknya, kesehatannya ataupun
kelangsungan hidupnya. Jadi Ilmu Kesehatan Lingkungan berkisar pada usaha
manusia mengelola lingkungan sedemikian rupa, sehingga derajat kesehatan
manusia dapat lebih ditingkatkan.
Banyak faktor yang mempengaruhi
kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat. Untuk hal ini
Hendrik L. Blum menggambarkan adanya empat faktor yang mempengaruhi kesehatan,
yaitu: keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayan kesehatan. Keempat faktor
tersebut disamping berpengaruh langsung kepada kesehatan, juga saling
berpengaruh satu sama lainnya. Status kesehatan akan tercapai secara optimal
bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang
optimal pula. Salah satu faktor saja berada dalam keadaan yang terganggu (tidak
optimal) maka status kesehatan akan tergeser ke arah dibawah optimal.
Kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah
suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif
terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup
kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup perumahan, pembuangan kotoran
manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor
(air limbah), rumah hewan ternak (kandang) dan sebagainya.
Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa
kesehatan lingkungan adalah Ilmu yang merupakan cabang dari ilmu kesehatan
masyarakat yang lebih menitikberatkan perhatiarnnya pada perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, pengkoordinasian dan penilaian dari
semua faktor yang ada pada lingkungan fisik manusia yang diperkirakan ada
hubungan atau berhubungan dengan perkembangan fisik, kesehatan ataupun
kelangsungan hidup manusia, sedemikian rupa sehingga derajat kesehatan dapat
lebih ditingkatkan.
Adapun yang dimaksud dengan usaha
kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan
hidup manusia agar merupakan media yang baik untuk terwujudnya kesehatan
optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya. Usaha memperbaiki atau
meningkatkan kondisi lingkungan ini dari masa ke masa dan dari masyarakat satu
ke masyarakat yang lain bervariasi dan bertingkat-tingkat, dari yang paling
sederhana (primitif) sampai kepada yang paling mutakhir (modern). Dengan
perkataan lain bahwa teknologi di bidang kesehatan lingkungan sangat
bervariasi, dari teknologi primitif, teknologi menengah (teknologi tepat guna)
sampai dengan teknologi mutakhir.
Ruang lingkup kesehatan lingkungan
tersebut antara lain mencakup perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja),
penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah),
rumah hewan ternak (kandang) dan sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan usaha
kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan
lingkungan hidup manusia agar merupakan media yang baik untuk terwujudnya
kesehatan optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya. Usaha memperbaiki atau meningkatkan kondisi
lingkungan ini dari masa ke masa dan dari masyarakat satu ke masyarakat yang
lain bervariasi dan bertingkat-tingkat, dari yang paling sederhana (primitif) sampai
kepada yang paling mutakhir (modern). Dengan perkataan lain bahwa teknologi di
bidang kesehatan lingkungan sangat bervariasi, dari teknologi primitif,
teknologi menengah (teknologi tepat guna) sampai dengan teknologi mutakhir.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apakah pengertian
sanitasi dan kesehatan lingkungan?
2.
Apakah masalah-masalah
kesehatan lingkungan yang dihadapi masyarakat?
3.
Bagaimanakah solusi
untuk menangani masalah-masalah kesehatan lingkungan yang dialami masyarakat?
1.3
Tujuan
Tujuan dari penyusunan
makalah ini antara lain:
1.
Untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup.
2.
Untuk menambah
pengetahuan tentang sanitasi dan kesehatan lingkungan, mengetahui bagaimana cara
mengatasi masalah kesehatan masyarakat.
1.4
Manfaat
Manfaat
yang diperoleh dari makalah ini adalah:
1.
Mahasiswa dapat menambah
pengetahuan tentang sanitasi dan kesehatan lingkungan.
2.
Mahasiswa dapat mengetahui
bagaimana cara mengatasi masalah lingkungan, dan prosedur apa saja yang
digunakan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Sanitasi dan Kesehatan
Lingkungan
Sanitasi
Sanitasi merupakan salah satu
komponen dari kesehatan lingkungan, yaitu perilaku yang disengaja untuk
membudayakan hidup bersih untuk mencegah manusia bersentuh langsung dengan
kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya, dengan harapan dapat menjaga dan meningkatkan
kesehatan manusia.
Kesehatan lingkungan di Indonesia
masih memprihatinkan. Belum optimalnya sanitasi di Indonesia ini ditandai
dengan masih tingginya angka kejadian penyakit infeksi dan penyakit menular di
masyarakat. Pada saat negara lain pola penyakit sudah bergeser menjadi penyakit
degeneratif, Indonesia masih direpotkan oleh kasus demam berdarah, Diare,
Kusta, serta Hepatitis A yang seakan tidak ada habisnya.
Kondisi sanitasi di Indonesia memang
tertinggal cukup jauh dari Negara-negara tetangga. Dengan Vietnam saja
Indonesia hampir disalip, apalagi dibandingkan dengan Malaysia atau Singapura
yang memiliki komitmen tinggi terhadap kesehatan lingkungan di negaranya.
Jakarta hanya menduduki posisi nomor 2 dari bawah setelah Laos dalam pencapaian
cakupan sanitasinya.
Sanitasi sangat menentukan
keberhasilan dari paradigma pembangunan kesehatan lingkungan lima tahun ke
depan yang lebih menekankan pada aspek pencegahan dari aspek pengobatan.
Dengan adanya upaya pencegahan yang baik, angka kejadian penyakit yang terkait
dengan kondisi lingkungan dapat di cegah. Selain itu anggaran yang
diperlukan untuk preventif juga relative lebih terjangkau daripada melakukan
upaya pengobatan.Macam-macam sanitasi:
1. Saniatsi
Uap
Sanitasi
uap menggunakan uap mengalir 76,7oC selama 15 menit atau 93,3oC
selama 5 menit. Sanitasi uap dapat dilakukan untuk sanitasi bahan dan peralatan
misalnya dengan menggunakan Autoklaf.
2. Sanitasi
Air Panas
Sanitasi ini dilakukan
dengan merendam alat atau bahan dalam air panas (peralatan kecil seperti pisau,
piring, wadah yang berukuran kecil), dengan menggunakan suhu diatas 80oC
(bukan dengan cara menuang air panas/membilas karena tidak efektif). Efek yang ditimbulkan karena denaturasi molekul protein
sel mikroba.
3. Sanitasi
Udara Panas
Sanitasi
ini menggunakan suhu panas 82,2oC selama 20 menit. Sanitasi ini
biasanya digunakan untuk sterilisasi alat (Sterilisasi kering) yaitu dengan
menggunakan oven.
4. Sanitasi
Radiasi
Sanitasi
ini yaitu dengan pemanfaatan sinar UV atau sinar γ dengan panjang gelombang 2500 A, dimana harus
berkontak dengan mikroba minimal 2 menit.
5. Sanitasi
Kimia
Sanitasi kimia yaitu
menggunakan bahan kimia untuk membunuh mikroba. Umumnya dikelompokkan ke dalam
golongan aldehid atau golongan pereduksi, yaitu bahan kimia yang mengandung
gugus - COH; golongan alkohol, yaitu senyawa kimia yang mengandung
gugus -OH; golongan halogen atau senyawa terhalogenasi, yaitu senyawa
kimia golongan halogen atau yang mengandung gugus - X; golongan fenol, golongan
garam amonium, golongan pengoksidasi, dan golongan biguanida.
Efektifitas sanitasi kimia dipengaruhi oleh :
a.
Waktu kontak (minimum 2
menit)
b.
Suhu
optimum (21,1-37,8Oc), jika lebih tinggi maka akan menguap (yodium) dan
bersifat korosif (klorin), dan jika lebih rendah maka tidak efektif.
c.
pH
optimum 6-7, tidak efektif pada pH yang basa.
d.
Kebersihan alat
e.
Kesadahan air
(mempengaruhi pH, air sadah bersifat basa dan bersifat korosif.
f.
Kontaminasi
agen lain (misalnya deterjen)
Untuk produk pangan segar,
pencucian dapat menurunkan potensi bahaya akibat mikroorganisme. Pencucian atau
pembilasan sayuran dapat menghilangkan kotoran dan kontaminan lainnya.
Pencucian dapat dilakukan dengan air, deterjen, larutan bakterisidal seperti klorin
dan lain-lain.
Kesehatan
Lingkungan
Ada beberapa definisi dari kesehatan
lingkungan :
·
Menurut WHO (World Health
Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang
harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari
manusia.
·
Menurut HAKLI (Himpunan
Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi
lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia
dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat
dan bahagia.
·
Menurut Walter R. Lym
kesehatan lingkungan adalah hubungan timbal balik antara manusia dengan
lingkungan yang berakibat atau mempengaruhi derajat kesehatan manusia.
. Jadi Ilmu Kesehatan Lingkungan berkisar pada
usaha manusia mengelola lingkungan sedemikian rupa, sehingga derajat kesehatan
manusia dapat lebih ditingkatkan.
Ruang lingkup kesehatan
masyarakat
—-Menurut World
Health Organization (WHO) ada 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan,
yaitu :
1. Penyediaan
Air Minum
2. Pengelolaan
air Buangan dan pengendalian pencemaran
3. Pembuangan
Sampah Padat
4. Pengendalian
Vektor
5. Pencegahan/pengendalian
pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
6. Higiene
makanan, termasuk higiene susu
7. Pengendalian
pencemaran udara
8. Pengendalian
radiasi
9. Kesehatan
kerja
10. Pengendalian
kebisingan
11. Perumahan
dan pemukiman
12. Aspek
kesling dan transportasi udara
13. Perencanaan
daerah dan perkotaan
14. Pencegahan
kecelakaan
15. Rekreasi
umum dan pariwisata
16. Tindakan-tindakan
sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah, bencana alam dan
perpindahan penduduk
17. Tindakan
pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.
Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan
diterangkan dalam Pasal 22 ayat (3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesling
ada 8, yaitu :
1.
Penyehatan Air dan Udara
2.
Pengamanan Limbah
padat/sampah
3.
Pengamanan Limbah cair
4.
Pengamanan limbah gas
5.
Pengamanan radiasi
6.
Pengamanan kebisingan
7.
Pengamanan vektor penyakit
8.
Penyehatan dan pengamanan
lainnya, sepeti keadaan pasca bencana
Sasaran Kesehatan Lingkungan
Menurut Pasal 22 ayat (2) UU 23/1992,
Sasaran dari pelaksanaan kesehatan lingkungan adalah sebagai berikut :
1. Tempat
umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang sejenis
2. Lingkungan
pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis
3. Lingkungan
kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis
4. Angkutan
umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk umum
5. Lingkungan
lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan yang berada dlm
keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara besar2an, reaktor/tempat
yang bersifat khusus.
2.2
Masalah-Masalah Kesehatan Lingkungan dan
Sanitasi
Masalah Kesehatan lingkungan merupakan masalah kompleks yang
untuk mengatasinya dibutuhkan integrasi dari berbagai sector terkait. Di Indonesia
permasalah dalam kesehatan lingkungan antara lain :
1.
Air
Bersih
Air bersih adalah air
yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.Air
bersih banyak hubungannya dengan persampahan, pengelolaan sampah yang setiap
hari diproduksi oleh masyarakat serta pembuangan air limbah yang langsung
dialirkan pada saluran sungai.Hal tersebut menyebabkan pandangkalan
saluran/sungai, tersumbatnya saluransungai karena sampah. Pada saat musim
penghujan selalu terjadi banjir dan menimbulkan penyakit. Beberapa penyakit
yang ditimbulkan oleh sanitasi yang kurang baik serta pembuangan sampah dan air
limbah yang kurang baik diantaranya adalah:
a. Diare
b. Demam
berdarah
c. Disentri
d. Hepatitis
A
e. Kolera
f. Tiphus
g. Cacingan
dan Malaria
2. Kesehatan Pemukiman
Sebenarnya
penduduk dalam suatu negara merupakan suatu potensi yang dapat dimanfaatkan
untuk pembangunan negara itu sendiri sebagai pelaksana sekaligus objek dari
pembangunan. Namun apabila jumlahnya terlampau banyak dan di sisi lain kualitas
SDM (Sumber Daya Manusia) itu sendiri tidak memadai untuk menjadi pelaksana
pembangunan, maka hal ini akan menjadi masalah karena penduduk hanya menjadi
objek pembangunan bukan pelaksana. Sehingga negara harus bekerja lebih untuk
menanggung kehidupan dari penduduknya agar setidaknya dapat merasakan kehidupan
yang layak. Namun faktanya masih banyak rakyat Indonesia yang hidup dalam
kondisi yang sangat memprihatinkan. Kepadatan penduduk yang terjadi di
Indonesia mengakibatkan terbatasnya lahan untuk tempat tinggal sehingga hal ini
memaksa masyarakat untuk membentuk suatu pemukiman kumuh. Tentu saja kondisi ini menyebabkan sulitnya penduduk untuk
memperoleh fasilitas kehidupan yang layak.
3.
Sampah
Pertumbuhan
ekonomi di Indonesia telah meningkatkan taraf kehidupan penduduknya.
Peningkatan pendapatan di negara ini ditunjukkan dengan pertumbuhan kegiatan
produksi dan konsumsi. Pertumbuhan ini juga membawa pada penggunaan sumber
semula jadi yang lebih besar dan pengeksploitasian lingkungan untuk keperluan
industri, bisnis dan aktivitas sosial. Di bandar-bandar negara dunia ketiga,
pengurusan sampah sering mengalami masalah. Pembuangan sampah yang tidak diurus
dengan baik, akan mengakibatkan masalah besar. Karena penumpukan sampah atau
membuangnya sembarangan ke kawasan terbuka akan mengakibatkan pencemaran tanah
yang juga akan berdampak ke saluran air tanah. Demikian juga pembakaran sampah
akan mengakibatkan pencemaran udara, pembuangan sampah ke sungai akan
mengakibatkan pencemaran air, tersumbatnya saluran air dan banjir (Sicular
1989). Selain itu, Eksploitasi lingkungan adalah menjadi isu yang berkaitan
dengan pengurusan terutama sekitar kota. Masalah sampah sudah saatnya dilihat
dari konteks nasional. Kesukaran untuk mencari lokasi landfill sampah,
perhatian terhadap lingkungan, dan kesehatan telah menjadi isu utama pengurusan
negara dan sudah saatnya dilakukan pengurangan jumlah sampah, air sisa, serta
peningkatan kegiatan dalam menangani sampah
4. Serangga dan Binatang Pengganggu
Serangga sebagai
reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit yang kemudian
disebut sebagai vektor misalnya : pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar,
Nyamuk Anopheles sp untuk penyakit Malaria, Nyamuk Aedes sp untuk Demam Berdarah
Dengue (DBD), Nyamuk Culex sp untuk Penyakit Kaki Gajah/Filariasis
5. Tempat Umum dan
Pengolahan Makanan (TUPM)
Makanan termasuk minuman, merupakan
kebutuhan pokok dan sumber utama bagi kehidupan manusia, namun makanan yang
tidak dikelola dengan baik justru akan menjadi media yang sangat efektif
didalam penularan penyakit saluran pencernaan (Food Borne Deseases). Terjadinya
peristiwa keracunan dan penularan penyakit akut yang sering membawa kematian
banyak bersumber dari makanan yang berasal dari tempat pengolahan makanan (TPM)
khususnya jasaboga, rumah makan dan makanan jajanan yang pengelolaannya tidak
memenuhi syarat kesehatan atau sanitasi lingkungan.
Sehingga upaya pengawasan terhadap
sanitasi makanan amat penting untuk menjaga kesehatan konsumen atau
masyarakat.
2.3.
Solusi Menangani masalah Sanitasi dan
Kesehatan Lingkungan
1.
Fasilitas
Air Sehat
Agar air minum tidak menyebabkan
penyakit maka air tersebut hendaknya diusahakan memenuhi
persyaratan-persyaratan kesehatan, setidaknya diusahakan mendekati persyaratan
tersebut. Air yang sehat harus mempunyai persyaratan sebagai berikut :
· Syarat
Fisik
Persyaratan fisik untuk air minum yang
sehat adalah bening (tak berwarna), tidak berasa, suhu dibawah suhu udara
diluarnya sehingga dalam kehidupan sehari-hari. Cara mengenal air yang memenuhi
persyaratan fisik ini tidak sukar.
· Syarat
Bakteriologis
Air untuk keperluan minum yang sehat
harus bebas dari segala bakteri, terutama bakteri patogen. Cara untuk
mengetahui apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri patogen adalah dengan
memeriksa sampel (contoh) air tersebut. Dan bila dari pemeriksaan 100 cc air terdapat
kurang dari 4 bakteri E. coli maka air tersebut sudah memenuhi syarat
kesehatan.
· Syarat
Kimia
Air minum yang sehat harus mengandung
zat-zat tertentu didalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan
salah satu zat kimia didalam air akan menyebabkan gangguan fisiologis pada
manusia. Bahan-bahan atau zat kimia yang terdapat dalam air yang ideal antara
lain sebagai berikut :
Sesuai dengan prinsip teknologi tepat
guna di pedesaan maka air minum yang berasal dari mata air dan sumur dalam
adalah dapat diterima sebagai air yang sehat dan memenuhi ketiga persyaratan
tersebut diatas asalkan tidak tercemar oleh kotoran-kotoran terutama kotoran
manusia dan binatang. Oleh karena itu mata air atau sumur yang ada di pedesaan
harus mendapatkan pengawasan dan perlindungan agar tidak dicemari oleh penduduk
yang menggunakan air tersebut.
Sumber-Sumber
Air Minum
Pada prinsipnya semua air dapat diproses
menjadi air minum. Sumber-sumber air ini, sebagai berikut :
1. Air
Hujan
Air hujan dapat ditampung kemudian
dijadikan air minum. Tetapi air hujan ini tidak mengandung kalsium. Oleh karena
itu agar dapat dijadikan air minum yang sehat perlu ditambahkan kalsium
didalamnya.
2. Air
Sungai dan Danau
Menurut asalnya sebagian dari air sungai
dan air danau ini juga dari air hujan yang mengalir melalui saluran-saluran ke
dalam sungai atau danau ini. Kedua sumber air ini sering juga disebut air
permukaan. Oleh karena air sungai dan danau ini sudah terkontaminasi atau
tercemar oleh berbagai macam kotoran maka bila akan dijadikan air minum harus
diolah terlebih dahulu.
3. Mata
Air
Air yang keluar dari mata air ini
berasal dari air tanah yang muncul secara alamiah. Oleh karena itu air dari
mata air ini bila belum tercemar oleh kotoran sudah dapat dijadikan air minum
langsung. Tetapi karena kita belum yakin apakah betul belum tercemar maka
alangkah baiknya air tersebut direbus dahulu sebelum diminum.
4. Air
Sumur Dangkal
Air ini keluar dari dalam tanah maka
juga disebut air tanah. Air berasal dari lapisan air didalam tanah yang
dangkal. Dalamnya lapisan air ini dari permukaan tanah dari tempat yang satu ke
yang lain berbeda-beda. Biasanya berkisar antara 5 sampai dengan 15 meter dari
permukaan tanah. Air sumur pompa dangkal ini belum begitu sehat karena
kontaminasi kotoran dari permukaan tanah masih ada. Oleh karena itu perlu
direbus dahulu sebelum diminum.
5. Air
Sumur Dalam
Air ini berasal dari lapisan air kedua
didalam tanah. Dalamnya dari permukaan tanah biasanya diatas 15 meter. Oleh
karena itu sebagaian besar air sumur dalam ini sudah cukup sehat untuk
dijadikan air minum yang langsung (tanpa melalui proses pengolahan).
Pengolahan
Air Minum Secara Sederhana
Seperti telah
disebutkan didalam uraian terdahulu bahwa air minum yang sehat harus memenuhi
persyaratan-persyaratan tertentu. Sumber-sumber air minum pada umumnya dan di
daerah pedesaan khususnya tidak terlindung (protected) sehingga air tersebut
tidak atau kurang memenuhi persyaratan kesehatan. Untuk itu perlu pengolahan
terlebih dahulu.
Ada beberapa cara pengolahan air minum
antara lain sebagai berikut :
1. Pengolahan
Secara Alamiah
Pengolahan ini dilakukan dalam bentuk
penyimpanan (storage) dari air yang diperoleh dari berbagai macam sumber,
seperti air danau, air kali, air sumur dan sebagainya. Didalam penyimpanan ini
air dibiarkan untuk beberapa jam di tempatnya. Kemudian akan terjadi koagulasi
dari zat-zat yang terdapat didalam air dan akhirnya terbentuk endapan.
Air akan menjadi jernih karena
partikel-partikel yang ada dalam air akan ikut mengendap.
2. Pengolahan
Air dengan Menyaring
Penyaringan air secara sederhana dapat
dilakukan dengan kerikil, ijuk dan pasir. Lebih lanjut akan diuraikan kemudian.
Penyaringan pasir dengan teknologi tinggi dilakukan oleh PAM (Perusahaan Air
Minum) yang hasilnya dapat dikonsumsi umum.
3. Pengolahan
Air dengan Menambahkan Zat Kimia
Zat kimia yang digunakan dapat berupa 2
macam yakni zat kimia yang berfungsi untuk koagulasi dan akhirnya mempercepat
pengendapan (misalnya tawas). Zat kimia yang kedua adalah berfungsi untuk
menyucihamakan (membunuh bibit penyakit yang ada didalam air, misalnya chlor).
4. Pengolahan
Air dengan Mengalirkan Udara
Tujuan utamanya adalah untuk menghilangkan
rasa serta bau yang tidak enak, menghilangkan gas-gas yang tak diperlukan,
misalnya CO2 dan juga menaikkan derajat keasaman air.
5. Pengolahan
Air dengan Memanaskan Sampai Mendidih
Tujuannya untuk membunuh kuman-kuman
yang terdapat pada air. Pengolahan semacam ini lebih tepat hanya untuk konsumsi
kecil misalnya untuk kebutuhan rumah tangga. Dilihat dari konsumennya,
pengolahan air pada prinsipnya dapat digolongkan menjadi 2 yakni :
1. Pengolahan
Air Minum untuk Umum
·
Penampungan Air Hujan
Air hujan dapat
ditampung didalam suatu dam (danau buatan) yang dibangun berdasarkan
partisipasi masyarakat setempat. Semua air hujan dialirkan ke danau tersebut
melalui alur-alur air. Kemudian disekitar danau tersebut dibuat sumur pompa
atau sumur gali untuk umum. Air hujan juga dapat ditampung dengan bak-bak
ferosemen dan disekitarnya dibangun atap-atap untuk mengumpulkan air hujan. Di
sekitar bak tersebut dibuat saluran-saluran keluar untuk pengambilan air untuk
umum. Air hujan baik yang berasal dari sumur (danau) dan bak penampungan
tersebut secara bakteriologik belum terjamin untuk itu maka kewajiban
keluarga-keluarga untuk memasaknya sendiri misalnya dengan merebus air
tersebut.
·
Pengolahan Air Sungai
Air sungai dialirkan ke dalam suatu bak
penampung I melalui saringan kasar yang dapat memisahkan benda-benda padat
dalam partikel besar. Bak penampung I tadi diberi saringan yang terdiri dari
ijuk, pasir, kerikil dan sebagainya. Kemudian air dialirkan ke bak penampung
II. Disini dibubuhkan tawas dan chlor. Dari sini baru dialirkan ke penduduk
atau diambil penduduk sendiri langsung ke tempat itu. Agar bebas dari bakteri
bila air akan diminum masih memerlukan direbus terlebih dahulu.
·
Pengolahan Mata Air
Mata air yang secara alamiah timbul di
desa-desa perlu dikelola dengan melindungi sumber mata air tersebut agar tidak
tercemar oleh kotoran. Dari sini air tersebut dapat dialirkan ke rumah-rumah
penduduk melalui pipa-pipa bambu atau penduduk dapat langsung mengambilnya
sendiri ke sumber yang sudah terlindungi tersebut.
2. Pengolahan
Air Untuk Rumah Tangga
·
Air Sumur
Air sumur pompa terutama air sumur pompa
dalam sudah cukup memenuhi persyaratan kesehatan. Tetapi sumur pompa ini di
daerah pedesaan masih mahal, disamping itu teknologi masih dianggap tinggi untuk
masyarakat pedesaan. Yang lebih umum di daerah pedesaan adalah sumur gali.
Agar air sumur pompa gali ini tidak
tercemar oleh kotoran di sekitarnya, perlu adanya syarat-syarat sebagai berikut
:
- Harus
ada bibir sumur agar bila musim hujan tiba, air tanah tidak akan masuk ke dalamnya.
- Pada
bagian atas kurang lebih 3 m dari permukaan tanah harus ditembok, agar air dari atas tidak dapat mengotori air
sumur.
- Perlu
diberi lapisan kerikil di bagian bawah sumur tersebut untuk mengurangi kekeruhan.
Sebagai pengganti kerikil, ke dalam
sumur ini dapat dimasukkan suatu zat yang dapat membentuk endapan, misalnya
aluminium sulfat (tawas). Membersihkan air sumur yang keruh ini dapat dilakukan
dengan menyaringnya dengan saringan yang dapat dibuat sendiri dari kaleng
bekas.
· Air
Hujan
Kebutuhan rumah tangga
akan air dapat pula dilakukan melalui penampungan air hujan. Tiap-tiap keluarga
dapat melakukan penampungan air hujan dari atapnya masing-masing melalui aliran
talang. Pada musim hujan hal ini tidak menjadi masalah tetapi pada musim
kemarau mungkin menjadi masalah. Untuk mengatasi keluarga memerlukan tempat
penampungan air hujan yang lebih besar agar mempunyai tandon (storage) untuk musim kemarau.
2.
Pemukiman
Secara umum rumah dapat
dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
·
Memenuhi kebutuhan
fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak yang cukup,
terhindar dari kebisingan yang mengganggu
·
Memenuhi kebutuhan
psikologis, yaitu : privasi yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota
keluarga dan penghuni rumah
·
Memenuhi persyaratan
pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah dengan penyediaan air bersih,
pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan
hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan
dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup
·
Memenuhi persyaratan
pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar maupun
dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak
mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya
jatuh tergelincir.
3. Sampah
Teknik
pengelolaan sampah yang baik dan benar harus memperhatikan faktor-faktor unsur,
berikut:
·
Penimbunan
sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah adalah jumlah penduduk
dan kepadatannya, tingkat aktivitas, pola kehidupan/tk sosial ekonomi, letak
geografis, iklim, musim, dan kemajuan teknologi
·
Penyimpanan sampah
·
Pengumpulan, pengolahan
dan pemanfaatan kembali
·
Pengangkutan
·
Pembuangan
Dengan
mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat mengetahui hubungan dan
urgensinya masing-masing unsur tersebut agar kita dapat memecahkan
masalah-masalah ini secara efisien.
4. Serangga
Penanggulangan/pencegahan
dari penyakit tersebut diantaranya dengan merancang rumah/tempat pengelolaan
makanan dengan rat proff (rapat tikus), Kelambu yang
dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigitan Nyamuk Anopheles sp, Gerakan
3 M (menguras mengubur dan menutup) tempat penampungan air untuk mencegah
penyakit DBD, Penggunaan kasa pada lubang angin di rumah atau dengan pestisida
untuk mencegah penyakit kaki gajah dan usaha-usaha sanitasi.
Binatang
pengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing dapat menularkan
penyakit rabies/anjing gila. Kecoa dan lalat dapat menjadi perantara
perpindahan bibit penyakit ke makanan sehingga menimbulakan diare. Tikus dapat
menyebabkan Leptospirosis dari kencing yang dikeluarkannya yang telah
terinfeksi bakteri penyebab.
5. Tempat Umum dan
Pengolahan Makanan (TUPM)
Agar
kesehatan masyarakat selalu terjaga perlu digalakkan gerakan hidup bersih dan
sehat. Pola hidup bersih dan sehat dapat diartikan sebagai hidup di lingkungan
yang memiliki standar kebersihan dan kesehatan serta menjalankan pola/perilaku
hidup bersih dan sehat. Lingkungan yang sehat dapat memberikan efek terhadap
kualitas kesehatan. Kesehatan seseorang akan menjadi baik jika lingkungan yang
ada di sekitarnya juga baik. Begitu juga sebaliknya, kesehatan seseorang akan
menjadi buruk jika lingkungan yang ada di sekitarnya kurang baik. Dalam
penerapan hidup bersih dan sehat dapat dimulai dengan mewujudkan lingkungan
yang sehat. Lingkungan yang sehat memiliki ciri-ciri tempat tinggal (rumah) dan
lingkungan sekitar rumah yang sehat
PENUTUP
Berbagai
masalah kesehatan lingkungan yang sering dihadapi masalah dimanapun,seperti
masalah:
1.
Sanitasi
2.
Masalah Pemukiman
3.
Sampah
4.
Serangga
5.
TUPM
Adalah masalah yang dapat ditanggulangi apabila masyarakat sadar dan mau
melakukan pola hidup bersih dan sehat.
Agar kesehatan
masyarakat selalu terjaga perlu digalakkan gerakan hidup bersih dan sehat. Pola
hidup bersih dan sehat dapat diartikan sebagai hidup di lingkungan yang
memiliki standar kebersihan dan kesehatan serta menjalankan pola/perilaku hidup
bersih dan sehat. Lingkungan yang sehat dapat memberikan efek terhadap kualitas
kesehatan. Kesehatan seseorang akan menjadi baik jika lingkungan yang ada di
sekitarnya juga baik. Begitu juga sebaliknya, kesehatan seseorang akan menjadi
buruk jika lingkungan yang ada di sekitarnya kurang baik. Dalam penerapan hidup
bersih dan sehat dapat dimulai dengan mewujudkan lingkungan yang sehat.
Lingkungan yang sehat memiliki ciri-ciri tempat tinggal (rumah) dan lingkungan
sekitar rumah yang sehat
DAFTAR PUSTAKA
1. Notoadmojo,
Soekidjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar
Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta
2. Riyadi,
Sugeng. Kesehatan Lingkungan
3. Sri
Budiyati. Tanpa tahun. Kesehatan Lingkungan. Bogor: Departemen Biologi FMIPA
IPB
7. http://id.wikipedia.org/wiki/Masalah_lingkungan