"Mengulas Sejarah: Akankah Terbentuk lagi Selat Muria yang memisahkan Jepara dengan kota disekitarnya?"

| Selasa, 28 Januari 2014
"Mengulas Sejarah: Akankah Terbentuk lagi Selat Muria yang memisahkan Jepara dengan kota disekitarnya?"




TEMPO.CO, Jepara - Hujan yang mengguyur Jepara, Jawa Tengah, sejak Senin malam lalu hingga Selasa siang ini, 28 Januari 2014, mengakibatkan daerah ini kembali terkepung banjir. Bahkan daerah yang tergenang banjir kali ini lebih luas dibanding kawasan yang kebanjiran pekan lalu.


"Jepara nyaris lumpuh," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Jepara, Lulus Suprayetno, saat dihubungi Tempo, Selasa, 28 Januari 2014. Banjir menggenangi delapan kecamatan dari 16 kecamatan yang ada, yakni Kecamatan Pecangaan, Mayong, Nalumsari, Welahan, Kalinyamatan, Kedung, Taunan, dan Donorojo.  "Banjir disebabkan oleh jebolnya tanggul di Sungai Mayong, Bakalan, Pecangaan, dan Karang Randu," ujar Lulus.

Meluasnya banjir memaksa kepolisian setempat menutup arus lalu lintas bagi sepeda motor dan mobil kecil. Penutupan dilakukan pukul 12.00 hari ini. Hanya truk besar yang diperbolehkan melintas. "Banjir di Jalan Raya Gotri, Jepara, setinggi pinggang orang dewasa sepanjang satu kilometer," kata Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Jepara Ajun Komisaris Polisi Andi Muhammad Indra. Penutupan jalur juga dilakukan di Jalan Raya Welahan, perbatasan antara Demak dan Jepara. Dengan ditutupnya jalur tersebut, akses menuju Jepara dari arah Demak dan Kudus lumpuh. 

Tim BASARNAS Jepara - Selasa, 28 Januari 2014, Fenomena yg cukup mencenangkan. Terjadi di desa sukodono tepatnya di selatan sirkuid Mbakalan mewah kemarin. Yang semula jalur irigasi dngan tanah retak dengan kedalaman tak lebih dari 1mter dalam tempo beberapa hari. Jalur irigasi seperti terbelah dengan kedalaman kurang lbih 8 mter membentuk jurang. dengan panjang mencapai ratusan meter 1 rumah terancam roboh.


Dengan adaya peristiwa tersebut , pihak terkait akan dibantu rekan dari Solo untuk membantu pemetaan melalui citra satelit dan analisanya, ,dikhawatirkan terjadi landside/tanah gerak, ATAU Ambles . Dan yang dikawatirkan pas jalur patahan gunung muria.

Inilah yang mengusik saya untuk kembali menelusuri sejarah adanya "Selat Muria". Apakah akan terbentuk lagi Selat Muria yang memisahkan Jepara dengan kota disekitarnya?

Gunung Muria yang berdiri gagah diantara wilayah Jepara, Kudus dan Pati menyimpan banyak sejarah yang sangat menarik. Diantara adalah pernah adanya sebuah selat yang memisahkan Gunung Muria dengan pulau Jawa. Yaitu Selat Muria. Sangat menarik untuk dijadikan wawasan kita bersama untuk cerita anak cucu kita nanti.

Sebelum abad 17, Muria adalah sebuah pulau yang terpisah dengan Pulau Jawa yang dahulu disebut Pulau Muria. Kedua pulau itu dibatasi oleh Selat Muria. Fakta ini pernah diungkap dalam kajian yang dilakukan HJ De Graaf dan Th G Pigeaud (Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa: Peralihan dari Majapahit ke Mataram; Grafiti Pers, 1985), Pramoedya Ananta Toer (Jalan Raya Pos, Jalan Daendels; Lentera Dipantara, 2005), serta Denys Lombard yang meluncurkan dua serial bukunya (Nusa Jawa: Silang Budaya, Kajian Sejarah Terpadu; Gramedia, 1996 a-b). Bagian pertama tentang batas-batas pembaratan, dan bagian kedua tentang jaringan Asia.

Dahulu pusat Kerjaan Demak terletak di tepi pantai Selat Muria yang memisahkan antara Pulau Jawa dan Pulau Muria. Kapal dapat berlayar dengan baik saat melewati selat yang cukup lebar. Oleh karena itu dalam sejarah, Kerajaan Demak pernah disebut sebagai Kerjaan Maritim.

Tetapi setelah abad ke-17, selat Muria sudah tidak dapat dipakai berlayar setiap saat, karena terjadi pendangkalan yang disebabkan proses sedimentasi. Orang dapat berlayar selama musim hujan dengan sampan lewat tanah yang tergenang air, mulai dari Jepara sampai Pati, di tepi Sungai Juwana. Pada tahun 1657, Tumenggung Pati mengumumkan niatnya untuk menggali saluran air baru dari Demak ke Juwana, sehingga Juwana dapat menjadi pusat perdagangan. Boleh jadi, ia ingin memulihkan jalan air lama, yang seabad sebelumnya masih bisa dipakai.

Dan akhirnya sampai sekarang karena proses pengendapan tanah (sedimentasi) pada jalur air tersebut, Selat Muria benar-benar hilang. Dan Pulau Jawa dan Pulau Muria menjadi satu seperti saat ini. Daerah Juwana sendiri kalau berdasar teori ini berarti awalnya adalah laut yang lambat laun mendangkal menjadi payau atau rawa-rawa.

Jejak jalur air dari selat tersebut bisa dilihat dari daerah aliran Sungai Silugonggo saat ini. Kita bisa membayangkan bahwa dahulu sungai itu merupakan sebuah selat yang memisahkan Pulau Jawa dan Muria. 
Perlu kita tahu bahwa sampai saat ini daerah-daerah banjir di wilayah Demak, Kudus dan Pati merupakan daerah-daerah yang dulunya adalah jalur Selat Muria.

Mau tau lebih lanjut kisahnya, silakan klik:



Sumber Bacaan:
-http://www.tempo.co/read/news/2014/01/28/058549084/Banjir-Jepara-Nyaris-Lumpuh
-https://www.facebook.com/JeparaHariIni/posts/684121964965558
-http://alumni-smp291.blogspot.com/2013/10/selat-muria.html?showComment=1390902230126#c3742732774634088745
Comments
23 Comments

23 komentar:

{ Syekh Ali Jaber } at: Rabu, 29 Januari, 2014 mengatakan...Reply

Apa pun bentuknya, hujan adalah berkah yang diturunkan oleh Allah, sebagaimana firman Allah pada surah al-Anfal [8]: 11), al-Furqan [25]: 48-49, dan lainnya. Hujan itu menjadi berkah untuk membersihkan dari berbagai hal, menumbuhkan tanah yang mati, dan lain sebagainya. Jika kita melihat struktur air, maka dapat ditemukan dalam satu molekul air terdiri atas satu atom oksigen yang besar (bermuatan positif) ditempeli dua atom hidrogen yang kecil (bermuatan negatif).

Sedangkan kejadian banjir karena hujan tidak diperkenalkan dalam Alquran. Sebab, Alquran memperkenalkan hujan sudah sesuai dengan ukuran yang sesuai dengan kapasitas bumi. (QS al-Mu'minun [23] :18). Banjir merupakan human and social error, kesalahan manusia dan kesalahan sosial, kesalahan lingkungan sosial yang tidak akrab dengan ekosistem dan bukan "God Error." Curah hujan tetaplah sebagai rahmat Allah untuk alam semesta. Hanya saja, penghuni alam semesta ini (utamanya manusia) menolaknya dengan berbagai cara.

Penyebab terjadinya banjir adalah karena kesalahan manusia. Kejadian di atas merupakan salah satu bukti yang telah dijanjikan Allah SWT bahwa firman-Nya yang disampaikan melalui Nabi Muhammad SAW dalam Al-Quran dan Al-Hadist adalah benar datang dari Tuhan pencipta alam semesta ini, yaitu Allah SWT. Sebagaiman firman Allah SWT : "Al-Quran ini tidak lain hanyalah peringatan bagi semesta alam. Dan sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) berita Al-Quran setelah beberapa waktu lagi" (QS. Shad :87-88)

selain itu, Sudah pasti bahwa musibah yang terjadi itu diakibatkan oleh perilaku manusia, yang mendzalimi dirinya dengan berlaku maksiat sekaligus berlaku dzalim pada alam lingkungannya. Misalnya dengan memperbanyak bangunan-bangunan mewah yang menghabiskan tanah yang merupakan resapan air. Akibatnya ketika terjadi hujan tidak ada resapan lagi. Akhirnya air menjadi membludak dan banjir. Allah SWT mengingatkan hal ini dalam QS. Ar-Rum [30] ayat 41:

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

{ Unknown } at: Rabu, 29 Januari, 2014 mengatakan...Reply

Semoga dgn adanya msibah sprti ini,bz mngngatkn kita untk bz mnjga alam kita,memelihara perilaku kita dari hal hal yang nantinya akan merugikan diri sendiri serta lingkungan kita,sadarilah dari hal yang terkecil,buang sampah pada tempatnya,sudah bertahun tahun terjadi,tapi kita masih belum sadar juga,

{ mebel jepara } at: Rabu, 29 Januari, 2014 mengatakan...Reply

Semua pasti ada hikmahnya, jadi teringat falsafah RA Kartini, habis gelap terbitlah terang,

Anonim at: Rabu, 29 Januari, 2014 mengatakan...Reply

Smg kita sbg manusia lebih bijak ϑάlάм mengelola sumber daya alam yg ϑ serta memanfaatkan nya sebaik-baik umat.agar tiada bencana yg lbh besar ϑī kemudian kelak. آمِّينَ يَ رَ بَّلْ عَلَمِيّ .

Nova Dian at: Rabu, 29 Januari, 2014 mengatakan...Reply

Semoga dengan ada-y kejadian ini qt dpt mengambil hikmah-y. Baik dan buruk tentu pny hikmah tersendiri tinggal bagaimana qt mensikapi-y.

bokir fradana at: Rabu, 29 Januari, 2014 mengatakan...Reply

Ya allah mudah"an ckp smpai segini musibah yg kau berikan kpd hamba"mu ya allah,amin yarobbal alamiin?

Anonim at: Rabu, 29 Januari, 2014 mengatakan...Reply

perlu propinsi baru ndak nih?

{ Unknown } at: Rabu, 29 Januari, 2014 mengatakan...Reply

Tak perlu dikhawatirkan, rencana allah salalu yg terbaik.

Anonim at: Rabu, 29 Januari, 2014 mengatakan...Reply

Tuhan itu Allah yang adil dan sekaligus kasih. Stiap manusia yang salah harus dihukum. Tapi karna Allah itu kasih dia tidak pernah menghukum kita. Sgala yang dijadikan-NYA itu baik bahkan teramat baik. Tinggal kita umatNYA menyikapi kebaikan Tuhan seperti apa. Bersyukur dengan yang ada. Dan slalu berusaha melakukan yang terbaik. Dalam hal ini contohnya menjaga lingkungan. Θï mulai dari diri sendiri. GBU all..

Anonim at: Rabu, 29 Januari, 2014 mengatakan...Reply

Ikut komen,,,,
Bila hukum/aturan اللّهُ. Tidak dihiraukan,,
Bila hukum/aturan negara tidak di hiraukan,,,,
Hukum alam yg akan brtindak,,,,,
(Seperti aceh dahulu)

oliex's car kudus at: Rabu, 29 Januari, 2014 mengatakan...Reply

Semua coba pada berfikir itu cobaan atau lakhnat...
Kl cobaan pasti belakangnya akan lebih nikmat.
Tapi kl lakhnat brrt itu siksaan karna tingkah'n prilaku kita masing"...

Anonim at: Rabu, 29 Januari, 2014 mengatakan...Reply

Nk aq ngono anot opo anane

Anonim at: Rabu, 29 Januari, 2014 mengatakan...Reply

Semua itu psti ada hikmah y, tgl sang mha pencipta.

borac at: Kamis, 30 Januari, 2014 mengatakan...Reply

Sak durunge К̲̣̣̥ό̲̣̣̣̥w̶̲̥̅̊є̲̣̣̣̥ mbi Ӄǖ ڪع enek udan,enk banjir..tnang wae brow,,mngkin ڪع wayahe bncana teko..

husen ashegaf at: Kamis, 30 Januari, 2014 mengatakan...Reply

Allah maha besar

{ Unknown } at: Kamis, 30 Januari, 2014 mengatakan...Reply

dibalik bencana akan ada hikmah yang menanti :)

{ Unknown } at: Kamis, 30 Januari, 2014 mengatakan...Reply

سُبْحَانَ اللَّه. الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِين
. اَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظيْمَ. آللّهُمَ صَلّ على مُحَمَّدٍ

{ Unknown } at: Kamis, 30 Januari, 2014 mengatakan...Reply

Sesuatu bgtz !!!

{ Unknown } at: Kamis, 30 Januari, 2014 mengatakan...Reply

Yoo tekone nek meh ning matahari numpak kapal sek..xixixixi

{ Kangdede } at: Kamis, 30 Januari, 2014 mengatakan...Reply

Air lagi menunjukkan eksistensi jati dirinya tuh.. :D karena rumahnya sudah diokupasi oleh bangunan2 yang menutup resapan air, pohon2 yang jadi sahabat airpun sudah ditebangi, kata air : "Kemana lagi aku akan pergi, kalo bukan menggenangi permukaan tanah tempat pemukiman manusia? Masalah buat lo?"

agus K at: Senin, 03 Februari, 2014 mengatakan...Reply

Ojo podo kwater poro sedulur.Gusti pengeran ,mboten tilem

{ suyono thamrin } at: Rabu, 05 Februari, 2014 mengatakan...Reply

manusia harus selalu belajar manaklukkan alam untuk memudahkan dan mengenakkan cara hidupnya, itulah salah satu bentuk dari amalan belajar sampai ke liang lahat.

{ Toko Mebel Indonesia } at: Minggu, 04 Januari, 2015 mengatakan...Reply

ceritanya asyik untuk di baca. apa lagi seputar kota kelahiran ku sendiri jepara bumi kartini

Next Prev
▲Top▲