DICK & CARRY, ADDIE, ASSURE, DAN PROGRAM
Persamaannya :
Persamaan dari keempat model tersebut antara lain bahwa pada dasarnya ketiganya terdiri atas empat tahap pengembangan, yaitu: (a) pendefinisian, (b) perancangan, (c) pengembangan dan (d) penyebaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar Sistem pembelajaran adalah keseluruhan komponen pembelajaran yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.Komponen-komponen dalam sistem pembelajaran: peserta didik, guru, materi, tujuan pembelajaran, strategi pembelajaran, media pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan sebagainya.
Perbedaannya :
Model Dick Dan Carey
Keunggulan model Dick dan Carey ini terletak pada analisis tugas yang tersusun secara terperinci dan tujuan pembelajaran khusus secara hirarkis. Disamping itu adanya uji coba yang berulang kali menyebabkan hasil yang diperoleh sistem dapat diandalkan.
Kelemahan model ini adalah uji coba tidak diuraikan secara jelas kapan harus dilakukan dan kegiatan revisi baru dilaksanakan setelah diadakan tes formatif. Sedangkan pada tahap-tahap pengembangan tes hasil belajar, strategi pembelajaran maupun pada pengembangan dan penilaian bahan pembelajaran tidak nampak secara jelas ada tidaknya penilaian pakar (validasi).
ADDIE
Kelebihan dari ADDIE antara lain: (a) lebih tepat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan perangkat pembelajaran bukan untuk mengembangkan sistem pembelajaran, (b) uraiannya tampak lebih lengkap dan sistematis, (c) dalam pengembangannya melibatkan penilaian ahli, sehingga sebelum dilakukan uji coba di lapangan perangkat pembelajaran telah dilakukan revisi berdasarkan penilaian, saran dan masukan para ahli. Oleh karena itu, output yang akan kita hasilkan adalah berupa karakteristik atau profile calon peserta belajar, identifikasi kesenjangan, identifikasi kebutuhan dan analisis tugas yang rinci didasarkan atas kebutuhan.
ASSURE
Model ASSURE merupakan suatu model yang merupakan sebuah formulasi untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau disebut juga model berorientasi kelas.
CONTOH METODE PEMBELAJARAN ASSURE
PENGEMBANGAN METODE ASSURE PADA JURUSAN TEKNIK KOMPUTER JARINGAN SMK NEGERI 2 MAKASSAR
P = Pantau peserta didik
R = rumusan Tujuan
O = Olah Materi ajar
G = Gunakan Metod, Media, SB
R = Renungkan Sejenak
A = Atur Kegiatan Pembelajaran
M = Menilai hasil belajar
Berdasarkan pantauan sehari- hari kelas 2 Jurusan Teknik Komputer Jaringan SMK Negeri 2 Makassar, kami mengetahui atas informasi mereka bahwa rata-rata memiliki kebiasaan menggunakan komputer dalam berinteraksi dengan berbagai teman di dunia maya yang biasa disebut dengan facebook. Dari kebiasaan menggunakan komputer tersebut maka dapat disimpulkan bahwa mereka rata-rata mampu mengoperasikan komputer secara mandiri walaupun hanya digunakan dalam bermain.
Selain dari hobi diatas, siswa memiliki cita-cita yang bervariasi yaitu ada yang menginginkan menjadi pengusaha computer dan ada yang menginginkan untuk menjadi tenaga pendidik, baik di sekolah maupun di perguruan tinggi. Siswa yang duduk di kelas 2 yang saat ini masih memiliki umur rata-rata 18 tahun.
Pokok Bahasan : Perbaikan dan Setting Ulang Koneksi Jaringan
Standar Kompetensi : Melakukan perbaikan atau setting ulang koneksi jaringan
Kompetensi Dasar : Mempersiapkan perbaikan dan konektifitas jaringan PC
Dari standar komptensi diatas “Melakukan Perbaikan dan/atau Setting Ulang Koneksi Jaringan“ merupakan bahan ajar yang digunakan sebagai panduan praktikum peserta diklat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk membentuk salah satu bagian dari kompetensi bidang keahlian Teknik Komputer dan Informatika pada Program Keahlian Komputer dan Jaringan.
Modul ini menguraikan tentang cara melakukan perbaikan dan/atau setting ulang koneksi jaringan. Pembahasan akan dimulai dari mempersiapkan perbaikan konektivitas jaringan pada komputer yang bermasalah yang dilanjutkan dengan bagaimana cara memperbaiki konektifitas jaringan pada komputer yang bermasalah dan ditutup dengan melakukan pemeriksaan, pengujian dan pembuatan laporan dari hasil pekerjaan yang telah dilakukan. Kompetensi ini sangat dibutuhkan bagi tenaga ahli di bidang jaringan komputer karena dalam kenyataannya mereka akan selalu dihadapkan permasalahan ini.
Modul ini terkait dengan modul lain yang membahas tentang mengoperasikan komputer dan modul mendiagnosis permasalahan pengoperasian PC yang tersambung jaringan.
TUJUAN :
1. Peserta diklat mampu menyusun langkah-langkah persiapan perbaikan konektifitas jaringan PC
2. Peserta diklat mampu memilih peralatan bantu pemeriksaan yang tepat.
3. Peserta diklat mampu menjelaskan penyebab koneksi jaringan ke PC kadang terjadi kegagalan.
MATERI AJAR :
1. Menguraikan langkah-langkah persiapan perbaikan kenektifitas jaringan berdasarkan hasil diagnosa,
2. Menyusun langkah-langkah persiapan perbaikan konektifitas jaringan,
3. Memilih peralatan bantu pemerikasaan yang tepat,
4. Mengikuti prosedur dalam persiapan perbaikan konektifitas jaringan.
ISTILAH DALAM JARINGAN
Topologi : Cara menghubungkan komputer dalam jaringan
LAN Card : Sebuah periperal komputer yang digunakan untuk menghubungkan satu komputer dengan komputer lain.
Konektor : Suatu peripheral yang digunakan untuk menghubung-kan satu node ke node lain melalui kabel.
UTP : UTP (Unshielded Twisted Pair) merupakan sepasang kabel yang dililit satu sama lain dengan tujuan mengurangi interferensi listrik yang terdapat dari dua, empat atau lebih pasang (umumnya yang dipakai dalam jaringan adalah 4 pasang/8 kabel) dengan metode pengawatan
IP Address : Alamat Internet Protocol merupakan nama sebuah komputer yang terhubung dalam jaringan dalam bentuk aturan tertentu.
Sharing : penggunaan bersama sumber daya (peripheral dan data) yang terdapat dalam komputer dalam jaringan.
METODE PEMBELAJARAN :
§ Ceramah (pemberian informasi dan intruksi)
§ Melihat video pembelajaran tentang jaringan LAN
§ Praktik perbaikan konektifitas jaringan
RENUNGAN :
Setelah merenungkan diatas, kami mengalami kekurangan 1 tujuan, maka dari itu ditambahkan tujuan yang ketiga yaitu peserta didik mampu menjelaskan penyebab koneksi jaringan terkadang gagal atau tidak berhasil.
LANGKAH PEMBELAJARAN :
Guru menjelaskan langkah-langkah persiapan perbaikan kenektifitas jaringan berdasarkan hasil diagnose, setelah itu guru menjalankan video tutorial sekaligus penjelasan tambahan dari guru dalam melakukan pengkoneksian jaringan ke kemputer, namun sebelumnya guru membagi kelompok menjadi 15 kelompok dari 30 siswa yang mana 5 wanita dan 25 pria, komputer yang tersedia dalam ruangan praktek adalah 30 unit.
Setelah guru selesai membagi kelompok, maka pembelajaran dimulai dengan pengantar secara umum, setelah pengantar dilakukan guru menjalankan video tutorial sambil melakukan praktek jaringan seperti yang dilakukan dalam video. Siswa secara lansung melakukan istalasi jaringan karena ada dasar yang telah dimiliki pada pembahasan sebelumnya untuk menghubungkan jaringan ke PC dilakukan oleh semua kelompok.
Waktu yang digunkan/ yang diperlukan dalam pembelajaran ini adalah 4 x 60 menit. Setelah siswa selesai melakukan koneksi jaringan seperti yang di inginkan maka selanjutnya membuat laporan hasil praktek masing-masing kelompok.
MENILAI HASIL BELAJAR:
Alat evalusi yang digunakan dalam menilai hasil belajar adalah tes tertulis dan wawancara.
Ada hipotesis menarik dari beberapa rekan praktisi pendidikan, yang mengatakan UN sebenarnya tanda ketidakmampuan pemerintah dalam meningkatkan kompetensi guru. Sebab, jika kompetensi guru baik, soal tes sebenarnya sangat sederhana, yaitu kelas. Di kelas hanya ada guru dan siswa, dan jika gurunya kompeten dan memiliki cukup banyak pengetahuan dan inovasi dalam membuat skema tes yang lebih relevan dengan ragam talenta siswa, negara sesungguhnya tak perlu sibuk membuat UN.
Ketidakmampuan Guru
Dalam waktu yang lama, sesungguhnya proses pendidikan di muka bumi ini selalu menggunakan nonstandardized tests yang tanggung jawab penuhnya ada pada diri seorang guru. Tetapi sayangnya sejarah tentang nonstandardized tests juga banyak dinodai oleh ketidakmampuan guru dalam mengembangkan pola evaluasi secara kreatif dan berkelanjutan. Dahulu mungkin kondisi moral bisa jadi lebih baik, karena biasanya faktor keterpanggilan untuk menjadi guru memang tulus dan penuh pengabdian.
Sekarang, guru dalam beberapa hal memang dimanjakan pemerintah, terutama lewat program sertifikasi, tetapi kualitas yang diharapkan malah justru tak pernah muncul meskipun kesejahteraan guru membaik. Tak banyak guru yang mau menulis dan melakukan riset kelas dengan seksama. Yang menonjol malah membengkaknya jumlah kredit mobil guru di bank-bank pemerintah.
Di banyak kesempatan pelatihan, para guru diberi pertanyaan tentang aspek apa yang paling sulit dilakukan dalam kurikulum seperti yang didefinisikan John Saphier (2000). Kebanyakan guru menjawab aspek yang paling sulit adalah design, learning experiences, dan assessment.
Desain biasanya menyangkut aspek perencanaan pembelajaran sejenis lesson design atau RPP. Learning experiences terkait dengan bagaimana cara mengajarkan sebuah pokok bahasan, terutama menyangkut pilihan metode dan penggunaan instructional strategies guru. Sedangkan assessment biasanya guru lebih menyederhanakan masalah dengan kata evaluasi, atau tentang cara evaluasi anak didik. Namun sangat jarang dari para guru yang memilih objectives sebagai sumber kesulitan dalam proses implementasi kurikulum.
Kelemahan guru dalam membuat desain evaluasi juga dimungkinkan oleh tiga hal. Pertama, apa yang ada di dalam buku paket biasanya sangat bias dan tidak memiliki standar kualitas proses yang memadai sehingga guru sering terjebak pada orientasi hasil. Kedua, tes sejenis UN seperti mengeluarkan kewenangan guru, dan dalam waktu sama juga merendahkan kepercayaan diri guru untuk membuat pola tes berdasarkan kemampuan siswa.
Ketiga, dan ini yang biasa terjadi, biasanya bahasa dalam tes sejenis UN tidak sesuai dan seirama dengan konsep dan gaya mengajar guru. Padahal sejatinya antara cara mengajar berkesesuaian dengan apa yang akan diujikan (McMillan: 2007).
Sebab itu, penting untuk melakukan reformasi sistem penilaian terhadap proses pendidikan di Tanah Air. Tawaran untuk menggunakan pola performance assessment tampaknya penting untuk dipertimbangkan para pengambil kebijakan bidang pendidikan kita.
Kemajemukan Siswa
Seperti kata John Saphier (2000), “Assessment is the strongest medium there is for telling students, parents, school, campus, and the community what teachers care about in education”. Sebab itu, menuntut kompetensi guru di bidang evaluasi dan kebijakan otoritas pendidikan yang benar soal model evaluasi yang relevan bagi kemajemukan budaya, etnis, dan agama anak-anak Indonesia adalah imperatif bagi dunia pendidikan Tanah Air.
Semoga era reformasi yang ditandai dengan kehadiran SBY sebagai Presiden RI dalam dua periode tak meninggalkan warisan kelam bidang pendidikan seperti praktek yang salah tentang UN. Masih ada waktu, Pak SBY dan Pak Nuh untuk berbenah, sejauh pendidikan tidak didefinisikan sebagai proyek politik dan kepentingan ekonomi semata, sebagaimana kelaziman yang keliru dibuat orde sosialisme dan kapitalisme. (Sumber: Lampung Post, 23 April 2012)
Daftar pustaka dan sumber referensi:
Iskandar, akbar. 2011. DICK & CARRY, ADDIE, ASSURE, DAN PROGRAM. http://akbar-iskandar.blogspot.com/2011/12/dick-carry-addie-assure-dan-program.html
Iskandar, akbar. 2011. DICK & CARRY, ADDIE, ASSURE, DAN PROGRAM. http://akbar-iskandar.blogspot.com/2011/12/dick-carry-addie-assure-dan-program.html
Iskandar, akbar. 2011. CONTOH METODE PEMBELAJARAN ASSURE. http://akbar-iskandar.blogspot.com/2011/12/contoh-metode-pembelajaran-assure.html
Rismayanti, netty. 2012. Desain Evaluasi Pendidikan. http://nettyrismaynti2012.blogspot.com/2012/12/desain-evaluasi-pendidikan.html
Rismayanti, netty. 2012. Desain Evaluasi Pendidikan. http://nettyrismaynti2012.blogspot.com/2012/12/desain-evaluasi-pendidikan.html