HUTAN MINI KAMPUS
(Di Universitas Negeri Semarang)
Dewasa ini, tanda-tanda kerusakan alam semakin nyata
dirasakan, mulai dari efek global warming yang menyebabkan perubahan musim yang
ekstrem, kekeringan, banjir. ilmuwan juga memperkirakan pada tahun 2040 es
abadi puncak jaya wijaya akan meleleh, yang berarti akan mempercepat abrasi
pantai, mengakibatkan menyempitnya daratan karena bertambahnya volume air laut.
Tingkat pertumbuhan penduduk yang terus meningkat membutuhkan lahan untuk
tempat tinggal, dan yang menjadi “korban” adalah lahan pertanian dan
kelestarian alam. Punahnya berbagai spesies karena perburuan ataupun kerusakan
habitat dapat mengganggu keseimbangan alam, contoh sederhana semakin turunnya populasi
ular dapat menurunkan produktifitas pertanian, karena banyaknya hama tikus. Ramalan
yang terkenal dari Alberth Einstein adalah “40 tahun setelah lebah punah, manusia
juga akan punah”, serta masih banyak bencana lain yang siap diterima manusia
sebagai konsekuensi atas rusaknya alam. hal-hal tersebut hanyalah beberapa
contoh kecil yang bisa saja menjadi besar, karena efek kerusakan alam bukan
berupa efek tunggal, tapi efek berantai. Karena itu perlu adanya usaha-usaha
pelestarian alam, atau yang disebut sebagai usaha konservasi untuk mengatasi
dan mencegah kerusakan yang lebih parah, usaha penjagaan lingkungan harus
dilakukan bersama-sama secara terpadu, mulai dari lingkungan sekitar, dalam hal
ini adalah Universitas.
Universitas sebagai tempat munculnya berbagai
pemikiran baru, tempat perkumpulan perintis yang dapat memecahkan segala macam
persoalan termasuk ketersediaan Sumber Daya Alam, yang dipandang sebagai suatu
masalah yang wajib dipecahkan. Dengan ciri khas warga Universitas yang idealis
dan menjunjung tinggi asas-asas demokratisasi, maka tidak salah jika Universitas
yang mampu membudayakan konservasi dapat menjadi pusat "peradaban"
baru mengenai pemanfaatan, perlindungan dan budidaya sumber daya alam, sehingga
diharapkan "pusat" tersebut berimbas kepada seluruh aspek kehidupan
di sekitarnya (masyarakat) yang dapat tersosialisasi dengan baik oleh agen agen
pembaharu itu sendiri. Hal itu sangat mungkin mengingat kampus tidak mempunyai
tendensi mengeksploitasi alam untuk motif ekonomi. Kebijakan pelestarian alam
bisa menyatu dengan visi misi universitas sehingga kebijakannya tidak berubah
meskipun pucuk kepemimpinan universitas berganti.
Universitas juga lembaga pendidikan kredibel dan
yang tak kalah penting pelestarian alam di kampus sejalan dengan semangat baru
menjadikan bumi sebagai rumah yang tetap ramah bagi masa depan manusia. Jika
sebuah Universitas berjulukan Universitas Teknologi dapat menciptakan banyak
penemuan-penemuan baru atas nama modernitas, maka Universitas Konservasi dapat melindungi
sumber daya alam yang ada dinaunginya dari dampak buruk sebuah modernitas. Universitas
yang berbasis konservasi akan menjadi sebuah kawasan yang dapat melihat ke
depan dampak terhadap segala hal yang diperbuat terhadap lingkungan dan dapat membudidayakan
potensi yang ada. Maka tidak berlebihan jika menyebut universitas masa depan
adalah universitas yang punya kepedulian terhadap pelestarian alam.
Tidak hanya menjadi tempat mahasiswa menimba ilmu
tapi juga menjadi tempat yang dapat mendorong calon pemimpin bangsa menjadi
pribadi yang punya kecintaan terhadap lingkungan. Saat ini, di Indonesia ada
lebih dari 3.000 perguruan tinggi. Jika seluruh kampus konsen pada pelestarian alam
tentu menjadi kekuatan besar bagi konservasi lingkungan.
Secara geografis Unnes terletak di daerah pegunungan
dengan topografi yang beragam dan memiliki tingkat keanekaragaman hayati
(biodiversity) baik flora maupun fauna yang relatif tinggi. Untuk meneguhkan
diri menjadi sebuah universitas konservasi, telah dikembangkan "Taman
Keanekaragaman Hayati" yang salah satunya adalah program penghijauan
kampus dengan adanya hutan mini kampus.
Bumi dan segala kehidupan di dalamnya merupakan satu
kesatuan ekosistem yang tidak dapat dipisahkan. Namun kini banyak oknum yang
tidak bertanggung jawab sehingga mengakibatkan kondisi bumi semakin memanas. Melihat
kondisi seperti itu, mahasiswa pecinta alam (Mahapala) Universitas Negeri
Semarang (Unnes) sebagai Unit Kegiatan Mahasiswa yang bergerak dalam bidang
lingkungan hidup tidak lantas berpangku tangan menghadapi kondisi ini.
Mahapala ( Mahasiswa Pecinta Alam ) Unnes merupakan
salah satu UKM Unnes yang memiliki kesamaan dengan slogan Unnes Konservasi
yaitu tentang alam atau lingkungan hijau. Mahapala Unnes sendiri mempunyai hutan
mini kampus, yang tersebar di beberapa titik sekitar kampus. Salah satu hutan
mini kampus milik Mahapala Unnes terletak didekat FMIPA Unnes. Selain didekat
FMIPA, ada juga hutan mini kampus yang terletak didekat Lapangan Sepakbola FIK
Unnes. Mungkin ini adalah salah satu bentuk pengakuan Unnes terhadap Mahapala,
dengan memberikan sebagian kecil lahannya untuk dijadikan hutan mini kampus. Manfaat
dari program hutan mini adalah dapat mencegah global warming, melestarikan
lingkungan hijau, melestarikan hutan, menciptakan etos menanam, menciptakan
etos kemandirian, etos untuk mencintai hutan dan tumbuhan-tumbuhan yang berada
di dalamnya.